Minggu, 16 Maret 2014

PEMBELAJARAN MENYIMAK

SOAL
Seandainya kita jadi guru sesuai dengan tempat mengajar seperti SD, SMP, dan SMA. Bagaimana cara agar siswa tersebut mau/mampu menyimak dengan baik. Berikan contohnya masing-masing tiga contoh dari setiap tingkatan!
 

JAWABAN
Membantu anak menjadi penyimak yang baik merupakan bagian penting yang harus diajarkan oleh seorang guru. Cara agar siswa mau menyimak dengan baik, guru harus mampu memotivasi siswa untuk selalu bersikap positif terhadap hal apapun, bertindak responsif,  dan timbulkan rasa ingin tahu siswa tersebut.  Salah satu cara agar siswa mau menyimak dengan baik yaitu dengan diadakannya media untuk menyimak seperti VCD, laptop, LCD, flashdisk, dan lingkungan sekitar untuk memperoleh ilmu pengetahuan alam. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pembicara kepada penyimak sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, pehatian, dan minat, serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar bisa terjadi. Media pembelajaran memiliki manfaat yang sangat besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran harus menarik perhatian siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa.
Adapun cara dalam penyampaian media menyimak seperti yang sudah dijelaskan diatas adalah sebagai berikut:
1.    Media menyimak dengan menggunakan audio visual, yaitu suatu kegiatan pembelajaran menyimak yang penyampaiannya menggunakan media suara dan gambar.
Contoh:
         -  Pembelajaran dengan menggunakan power point.
 - Cerita bergambar dan lain-lain.
2.    Media menyimak dengan menggunakan wacana atau bacaan, yaitu suatu kegiatan pembelajaran menyimak yang cara penyampaiannya dengan menggunakan buku-buku bacaan atau menceritakan sesuatu tanpa disertai dengan gambar yang jelas.
3.    Media menyimak yang dilakukan dengan melihat keadaan disekitarnya, yaitu suatu kegiatan pembelajaran dengan cara mengamati keadaan lingkungan sekitar sehingga siswa dapat menyimpulkan sendiri apa makna dari kegiatan tersebut.
Contoh:
     - Kebun Binatang  
     - Taman Lalu Lintas.

Di sini saya akan mencoba memberikan contoh bagaimana cara agar siswa mau menyimak dengan baik.
1.    Sekolah Dasar (SD)
Apabila saya menjadi seorang guru di salah satu Sekolah Dasar (SD), cara saya untuk menarik perhatian siswa agar mau menyimak dengan baik, saya akan mencoba menggunakan media menyimak berupa audio visual seperti power point, wacana yang bersangkutan dengan mata pelajaran, dan media menyimak yang dilakukan dengan melihat keadaan di lingkungan sekitar.
a.    Contoh 1
Ketika mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V dengan pembahasan mengenai bab wudhu, mungkin kalau hanya di jelaskan materinya saja siswa akan merasa jenuh dan akan banyak siswa yang tidak memperhatikan. Di sini saya sebagai seorang guru akan mencoba menarik perhatian siswa-siswi agar mau menyimak dengan baik yaitu dengan cara menayangkan salah satu media yang telah disiapkan sebelumnya berupa power point mengenai bab wudhu. Dengan ditampilkannya materi mengenai bab wudhu disertai dengan gambar-gambar, doa-doa wudhu berupa huruf arab dari awal sampai akhir, dan  tata cara berwudhu, siswa-siswi dengan cepatnya memperhatikan tampilan yang ada di depan tanpa melihat kiri dan kanan. Setelah semua siswa-siswi memperhatikan tampilan yang ada di depan dengan seksama, kemudian saya sebagai seorang guru mencoba mengadakan tanya jawab dengan siswa-siswi, apakah dengan diadakannya media seperti power point mampu menjadikan siswa-siswi mampu mengingat hasil simakannya atau tidak. Hasilnya membuktikan bahwa dengan diadakannya media seperti power point yang disertai dengan gambar-gambar dan doa-doa berupa huruf arab, siswa-siswi bisa menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh saya, hal ini membuktikan bahwa siswa-siswi mampu mengingat dengan baik apa yang telah disampaikan oleh saya sebelumnya.

b.    Contoh 2
Di sini saya sebagai guru akan mencoba mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI dengan pembahasan mengenai wacana “dongeng”. Terlebih dahulu saya menyiapkan laptop dan video rekaman yang berisi dongeng, dengan tujuan agar siswa-siswi mampu menyimak dengan baik. Kemudian saya memberi petunjuk kepada semua siswa-siswi sebelum video rekaman di putar tentang hal-hal yang harus disimak. Setelah itu saya langsung memutar video rekaman yang berisi dongeng dengan judul “Asal-Usul Burung Ruai” yang sudah disiapkan sebelumnya. Semua siswa-siswi diminta menyimak dengan baik, rekaman dapat diputar ulang apabila siswa-siswi belum bisa mengikuti tentang dongeng yang diputar sebelumnya. Kemudian semua siswa-siswi diberikan tugas menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaan untuk menguji pemahamannya terhadap video rekaman yang telah disimak, seperti:
1.    Apa judul dari dongeng di atas?
2.    Apa tema dari dongeng yang telah anak-anak simak?
3.    Bagaimana watak dari setiap tokoh tersebut?
4.    Sebutkan amanat yang terdapat dalam dongeng tersebut?
5.    Siapa pemeran utama dalam dongeng tersebut?
Dengan adanya pertanyaan-pertanyaan di atas, menunjukkan bahwa siswa-siswi akan menyimak dengan baik dan benar, karena setelah video rekaman diputar mereka harus menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Hal ini membuktikan bahwa menyimak dengan adanya media berupa laptop dan video rekaman mampu menjadikan siswa-siswi menyimak dengan baik.
c.    Contoh 3
Contoh lain agar siswa-siswi bisa menyimak dengan baik yaitu sebagai guru saya akan mencoba mengajak anak ke salah satu tempat untuk pembelajaran di lingkungan sekitar/lingkungan bebas seperti pergi ke taman lalu lintas dengan tujuan supaya pembelajaran lebih menarik dan supaya siswa-siswi tidak terlalu jenuh. Pertama-tama saya akan mengumpulkan anak didik saya untuk diberi pengarahan, kemudian saya akan membimbing semua siswa-siswi untuk memperkenalkan satu persatu gambar-gambar lalu lintas berserta fungsinya yang ada di taman lalu lintas. Dengan dijelaskannya satu persatu gambar lalu lintas semua siswa-siswi memperhatikan dengan seksama pembicaraan yang dibicarakan oleh guru di depan. Sebelumnya, saya sebagai guru akan memberikan tugas kepada setiap siswa-siswi agar membuat catatan kecil untuk mengingat kembali apa yang telah dijelaskan. Ketika pengarahan hampir selesai, saya mencoba memberi pertanyaan kepada salah satu siswa, dengan mudahnya siswa tersebut mampu menjawab pertanyaan yang saya berikan, ternyata dengan belajar di lingkungan bebas mampu memberikan daya ingat yang sangat baik untuk anak dalam menyimak. Sehingga semua siswa-siswi mampu menyimpulkan sendiri dari apa yang telah dijelaskan sebelumnya oleh guru.
2.    Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Apabila saya menjadi seorang guru di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) cara saya untuk menarik perhatian siswa agar mampu menyimak dengan baik, saya akan mencoba menggunakan media menyimak berupa alat peraga salah satu mata pelajaran, audio visual seperti power point, dan  media menyimak secara langsung ke lingkungan sekitar.
a.    Contoh 1
Apabila saya menjadi guru mata pelajaran Biologi kelas VII, misalnya minggu pertama saya akan  menerangkan bab 1 tentang “Mikroskop, yaitu alat untuk melihat benda-benda yang sangat kecil dan tidak bisa dilihat dengan mata biasa. Saya sebagai guru harus bisa mengendalikan semua siswa-siswi di kelas. Cara saya sebagai guru agar semua siswa-siswi mau menyimak dengan baik, yaitu saya mencoba membawa alat peraga berupa Mikroskop. Pertama saya mengenalkan apa itu mikroskop, bagian-bagian mikroskop, dan fungsi mikroskop, kemudian agar siswa-siswi tidak terlalu jenuh saya mencoba memanggil satu-satu dari setiap siswa ke depan kelas untuk menerangkan kembali apa itu mikroskop dan yang paling penting adalah menerangkan bagian-bagian mikroskop dan fungsinya kepada semua temannya, semua ini dilakukan dengan tujuan agar siswa-siswi mampu mengingat kembali dari mikroskop dan mampu mengendalikan perilaku teman-teman yang duduk di bangku untuk memperhatikan teman yang sedang di depan. Setelah beberapa orang ke depan untuk menerangkan apa itu mikroskop, bagian-bagian mikroskop, dan fungsi mikroskop, kemudian saya mencoba mengadakan kuis untuk mengetes apakah siswa-siswi mampu mengingat dengan baik atau tidak dari hasil simakan sebelumnya, dan terbukti ketika kuis diadakan banyak siswa yang mengangkat tangan mau menjawab pertanyaan kuis yang saya buat. Ternyata dengan adanya alat peraga mampu membuat siswa-siswi mengingat dengan cepat apa yang diterangkan oleh guru sebelumnya, sehingga cara ini baik untuk digunakan.
b.    Contoh 2
Apabila saya menjadi seorang guru mata pelajaran Biologi, di sini saya akan menerangkan mengenai bab sampah. Untuk menarik perhatian siswa-siswi agar mampu menyimak dengan baik, saya akan mencoba mempersiapkan media menyimak berupa audio visual power point dan media lingkungan sekitar. Pertama saya siapkan laptop, kemudian menayangkan salah satu bahan ajar berupa power point yang telah saya buat sebelumnya mengenai sampah. Di sini saya mencoba memperkenalkan apa itu sampah, dan macam-macam sampah dengan di sertai gambar-gambar. Sampah di sini ada dua macam yaitu sampah organik dan non organik saya mencoba menayangkan contoh gambar dari sampah organik dan contoh gambar dari sampah non organik. Dengan melihat langsung tampilan power point di depan,  semua siswa-siswi ketika saya mencoba menanyakan perbedaan sampah organik dan non organik itu apa, terbukti siswa-siswi mampu menjawab dengan baik, yaitu sampah organik itu merupakan sampah yang mudah lapuk, sedangkan non organik tidak mudah lapuk. Setelah semua materi dijelaskan, saya mencoba mengajak semua siswa-siswi untuk keluar kelas, yaitu untuk mencari sampah organik dan non organik, kemudian saya tugaskan setiap siswa untuk memisahkan sampah organik dan non organik. Dengan adanya cara itu membuktikan bahwa siswa-siswi mampu membedakan mana sampah yang organik dan non organik. Hal ini membuktikan dengan adanya media power point disertai gambar-gambar dan media lingkungan sekitar mampu menjadikan siswa-siswi mampu menyimak dengan baik dan menyimpulkan sendiri apa yang telah disampaikan oleh guru di depan.
c.    Contoh 3
Contoh lain agar siswa mau menyimak dengan baik adalah dengan mengajak siswa ke tempat praktik langsung, di sini contohnya saya sebagai guru olah raga akan membahas mengenai bab renang, mungkin kalau hanya diterangkan materinya saja siswa-siswi tidak akan bisa mempraktikan dan siswa-siswi akan merasa jenuh berada di dalam kelas, maka dari itu saya akan mengajak langsung siswa-siswi ke kolam renang yang dekat dengan sekolah di mana tempat saya mengajar. Pertama semua siswa-siswi saya kumpulkan untuk di absen satu-satu, kemudian saya akan memberikan pengarahan mengenai cara-cara berenang dan gaya apa saja yang harus di lakukan waktu berenang, saya menganjurkan semua siswa-siswi mampu mempraktikan gaya berenang yang saya ajarkan. Dengan seksama semua siswa-siswi memperhatikan saya dalam memberikan materi mengenai renang, setelah materi di paparkan kemudian saya mencoba mempraktikannya dengan siswa-siswi secara langsung. Ternyata dengan media lingkungan dan praktik secara langsung mampu membuat siswa-siswi menyimak dengan baik. Hal ini membuktikan bahwa semua siswa-siswi bisa mempraktikan gaya-gaya renang dan mampu mengingat materinya secara langsung.

3.     Sekolah Menengah Atas (SMA)
Apabila saya menjadi seorang guru di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) cara saya untuk menarik perhatian siswa agar mampu menyimak dengan baik, saya akan mencoba menggunakan media menyimak secara langsung ke lingkungan sekitar dan media power point.
a.    Contoh 1
Apabila saya menjadi guru SMA mata pelajaran Bahasa Indonesia, misalnya saya di sini akan menerangkan mengenai bab Drama. Untuk mempermudah menjelaskan apa itu drama, saya akan mencoba mengajak siswa-siswi ke salah satu pertunjukkan drama yang ada di dekat sekolah. Sebelumnya, saya memberikan tugas untuk siswa-siswi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan seperti:
a.    Apa judul dari drama yang di pentaskan ?
b.    Apa tema dari drama yang di pentaskan?
c.    Sebutkan karakter dari setiap tokoh?
d.   Sebutkan amanat yang disampaikan dari drama yang di pentaskan?
e.    Siapa pemeran utama dari drama yang di pentaskan?
f.     Sebutkan latar dan tempatnya?
Setelah pertunjukkan drama selesai, kemudian semua siswa-siswi kembali ke dalam kelas, dan saya mencoba bertanya kepada siswa-siswi dari pertanyaan yang di atas, dengan cara ini ternyata siswa mampu menjawab dan menyimpulkan apa itu drama, dan unsur-unsur drama. Dengan media langsung ke lingkungan sekitar ternyata mampu membuat siswa-siswi menyimak dengan baik dan memberikan kesimpulannya secara masing-masing. Di sini saya sebagai guru mencoba menerangkan kembali apa itu drama, dan unsur-unsur drama, siswa-siswi dengan mudahnya dapat mengikuti apa yang saya terangkan.
b.    Contoh 2
Apabila saya menjadi seorang guru SMA mata pelajaran Biologi,  di sini ada bab mengenai HIV AIDS. Saya mencoba memberikan tugas kepada siswa-siswi untuk mengikuti seminar HIV AIDS yang diadakan oleh salah satu Universitas. Di dalam seminar telah di siapkan materi berupa power point yang dibuat oleh pemateri sebelumnya. Dengan cara ini saya mengetes siswa-siswi apakah mau menyimak dengan baik atau tidak. Setelah siswa-siswi mengikuti pelajaran di kelas, saya mencoba menanyakan ulang hal-hal apa saja yang di jelaskan dalam acara seminar itu, ternyata ketika saya bertanya banyak siswa-siswi yang ingin menjawab pertanyaan dari saya, saya mencoba menampung jawaban dari setiap siswa-siswi dan ternyata jawabannya semua benar. Hal ini membuktikan bahwa dengan adanya media langsung seperti acara seminar dan media power point, mampu membuat siswa-siswi menyimak dengan baik, dengan bukti siswa-siswi bisa menjawab dengan benar semua pertanyaan yang di tanyakan oleh guru.
c.    Contoh 3
Contoh lain agar siswa mau menyimak dengan baik, misalnya di sini saya sebagai seorang guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam bab ini saya akan membahas mengenai bab tata cara menyolatkan jenazah. Mungkin kalau hanya dengan diberikan materi semua siswa-siswi akan merasa jenuh dan tidak langsung mengerti apa yang dijelaskan. Di sini saya mencoba mengajak semua siswa-siswi pergi ke mesjid yang ada di sekolah untuk mempraktikan langsung tata cara menyolatkan jenazah. Sebelumnya semua siswa telah dibagikan modul tetapi tidak semua memahami, saya sebagai seorang guru harus mencari ide supaya semua siswa-siswi mampu memahami mata pelajaran ini. Saya mencoba mempraktikan tata cara sholat jenazah, pertama saya mencoba mempraktikan sholat jenazah perempuan dengan bacaan nyaring, kemudian saya mempraktikan tata cara sholat jenazah laki-laki. Antara doa sholat jenazah laki-laki dan perempuan itu berbeda, dengan di praktikannya semua siswa-siswi mau menyimak dengan baik. Kemudian semua siswa-siswi mempraktikannya satu-satu di depan mesjid dengan bacaan yang nyaring. Hal ini membuktikan bahwa dengan cara langsung mempraktikan materi mampu membuat siswa-siswi menyimak dengan baik dan menyimpulkan masing-masing dari materi yang telah disampaikan.

ANALOGI


1PENGERTIAN ANALOGI
Analogi dalam bahasa Indonesia ialah “kias” (arab:qasa:mengukur, membandingkan).
Berbicara tentang analogi adalah berbicara tentang dua hal yang berlainan, yang satu dengan yang lain. Dalam mengadakan perbandingan orang mencari kesamaan dan perbedaan di antara hal-hal yang diperbandingkan.
Contoh:
Kalau lembu dibandingkan dengan kerbau, maka kedua-duanya adalah binatang, akan tetapi yang satu berbeda dengan yang lain mengenai besarnya, warnanya, dan sebagainya. Kalau dalam perbandingan itu orang hanya memperhatikan persamaannya saja, tanpa melihat perbedaannya maka timbullah analogi, persamaan dua hal yang berbeda.
Mundiri mengatakan analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain; demikian pengertian analogi jika kita hendak memformulasikan dalam satuan batas.Dengan demikian dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur yaitu: peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan prinsipal yang menjadi pengikat, dan fenomena yang hendak kita analogikan.
Contoh:
Jika kita membeli sepasang sepatu (peristiwa) dan kita berkeyakinan bahwa sepatu itu akan enak dan awet dipakai (fenomena yang dianalogikan), karena sepatu yang dulu dibeli di toko yang sama (persamaan prinsip) awet dan enak dipakai maka penyimpulan serupa adalah penalaran analogi. Begitu pula  jika kita berkeyakinan bahwa buku yang baru saja kita beli adalah buku yang menarik karena kita pernah membeli buku dari pengarang yang sama yang ternyata menarik.
Contoh lain dari penyimpulan analogi adalah:
Kita mengetahui betapa kemiripan yang terdapat  antara bumi yang kita tempati ini dengan planet-planet lain, seperti Saturnus, Mars, Yupiter, Venus, dan Mercurius. Planet-planet ini kesemuanya mengelilingi matahari sebagaimana bumi, meskipun dalam jarak dan waktu yang berbeda, semuanya meminjam sinar matahari, sebagaimana bumi. Planet-planet itu berputar pada porosnya sebagaimana bumi, sehingga padanya juga berlaku pergantian siang dan malam. Sebagiannya mempunyai bulan yang memberikan sinar manakala matahari tidak muncul dan bulan-bulan ini meminjam sinar matahari sebagaimana bulan pada bumi. Mereka semua sama,merupakan subyek dari hukum gravitasi sebagaimana bumi. Atas dasar persamaan yang sangat dekat antara bumi dengan planet-planet tersebut maka kita tidak salah menyimpulkan bahwa kemungkinan besar planet-planet tersebut dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup. 

2. MACAM-MACAM ANALOGI
Disini analogi dibagi menjadi dua macam yaitu analogi induktif dan analogi deklaratif.
1.    Analogi Induktif
Analogi Induktif adalah analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Bentuk argumen ini sebagaimana generalisasi tidak pernah menghasilkan kebenaran mutlak.
Contoh:
Tina adalah seorang tamatan fakultas ekonomi oxford university, ia telah memberikan prestasi yang luar biasa pada perusahaan tempat ia bekerja dengan cara mengajukan usulan mengenai pemecahan kesulitan yang di hadapi perusahaannya. Pada waktu penerimaan pegawai baru, direktur perusahaan langsung menerima Rina karena Rina tamatan yang sama dengan Tina, maka pasti ia akan memiliki kecerdasan dan kualitas yang lebih atau sekurang-kurangnya sama dengan Tina.
Pada dasarnya analogi induktif adalah suatu cara menyimpulkan yang menolong kita memanfaatkan pengalaman, kita berangkat dari suatu barang yang khusus, yang kita ketahui, menuju barang yang serupa dalam hal pokok. Tetapi juga terdapat kekeliruan besar, yakni dalam memperbandingkan bisa jadi tidak memperhatikan adanya beberapa perbedaan yang penting, sehingga dalam praktek hasilnya berbeda dengan hasil yang dicapai melalui proses pemikiran tersebut. Guna menguji sah tidaknya persamaan dan kesimpulan semacam itu, pertama-tama harus kita singkirkan hal-hal sekadar bersifat menjelaskan dan memilih hal-hal yang memang merupakan dasar pemikiran. Bilamana yang terdapat hanya persamaan yang dangkal atau sekedar persamaan kebetulan yang terdapat di antara keduanya, dan apabila perbandingan mereka sekedar untuk maksud menjelaskan maka kita tidak dapat membuat suatu kesimpulan.
2.    Analogi Deklaratif
Analogi disamping fungsi utamanya sebagai cara berargumentasi, sering dipakai dalam bentuk non-argumen, yaitu sebagai penjelas. Analogi ini disebut analogi deklaratif atau analogi penjelas.
Analogi Deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Sejak zaman dahulu analog deklaratif merupakan cara yang amat bermanfaat untuk menjelaskan masalah yang hendak diterangkan. Para penulis dapat dengan tepat mengemukakan isi hatinya dalam menekankan pengertian sesuatu.
Contoh 1:
Ilmu pengetahuan itu dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana rumah itu dibangun oleh batu-batu. Tetapi tidak semua kumpulan pengetahuan itu ilmu, sebagaimana tidak semua tumpukan batu adalah rumah.
Otak itu menciptakan pikiran sebagaimana buah ginjal mengeluarkan air seni.
Di sini orang hendak menjelaskan struktur ilmu yang masih asing bagi pendengar dengan struktur rumah yang sudah begitu dikenal. Begitu pula penjelasan tentang hubungan antara pikiran dan otak yang masih samar dijelaskan dengan hubungan antara buah ginjal dengan air seni.

Contoh 2:
Para pejuang wanita memutuskan untuk menguji apakah undang-undang perkawinan itu menguntungkan kedudukan wanita. Ternyata semakin jelas bahwa undang-undang perkawinan itu tidak ubahnya undang-undang perbudakan yang dikatakan sebagai pelindung hak-hak orang-orang hitam; padahal kata ‘pelindung hak’ tidak ubahnya adalah penindasan terselubung.
Di sini penulis hendak menegaskan bahwa undang-undang perkawinan merupakan penindasan terselubung, sebagaimana undang-undang perbudakan. Orang masih samar bahwa undang-undang perkawinan itu sebenarnya merupakan penindasan. Untuk itu para pejuang wanita (di negara Barat) menegaskan bahwa undang-undang perkawinan itu sama liciknya dengan undang-undang perbudakan yang telah diketahui secara luas bahwa hal itu merupakan penindasan terselubung. 

3. CARA MENILAI ANALOGI
Sebagaimana generalisasi, keterpercayaannya tergantung kepada terpenuhi tidaknya alat-alat ukur yang telah kita ketahui, maka demikian pula analogi.  Untuk menukur darajat keterpercayaan sebuah analogi dapat diketahui dengan alat berikut:
1.    Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan.  Semakin besar peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar pula taraf keterpercayaannya. 
Contoh:
Apabila pada suatu ketika saya mengirimkan baju saya pada seorang tukang penatu dan ternyata hasilnya tidak memuaskan, maka atas dasar analogi, saya bisa menyarangkan kepada kawan saya untuk tidak mengirimkan pakaian kepada tukang penatu tadi. Analogi saya menjadi lebih kuat setelah B kawan saya juga mendapat hasil yang menjengkelkan atas bajunya yang dikirim ke tukang penatu yang sama. Analogi menjadi lebih kuat lagi setelah C, D, E, F dan G juga mengalami hal serupa.
2.    Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi. 
Ambillah contoh yang telah kita sebut, yaitu tentang sepatu yang telah kita beli pada sebuah toko.  Bahwa sepatu yang baru saja kita beli tentu akan awet dan enak dipakai karena sepatu yang dulu dibeli di toko ini juga awet dan enak dipakai. Analogi ini menjadi lebih kuat lagi misalnya diperhitungkan diperhitungkan juga persamaan harganya, mereknya, dan bahanya.
3.    Sifat dari analogi yang kita buat.
Contoh:
Apabila kita mempunyai mobil dan satu liter bahan bakarnya dapat menempuh 10 km, kemudian kita menyimpulkan bahwa mobil B yang sama denga mobil kita akan bisa menempuh jarak 10 km tiap satu liternya, maka analogi demikian cukup kuat.  Analogi ini akan lebih kuat jika kita mengatakan bahwa mobil B akan dapat menempuh 8 km setiap liter bahan bakarnya, dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa mobil B akan dapat menempuh 15 km setiap liter bahan bakarnya. Jadi semakin rendah taksiran yang kita analogikan semakin kuat analogi itu.
4.    Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan.  Semakin banyak pertimbangan atas unsur-unsur yang berbeda semakin kuat keterpercayaan analoginya.
Contoh:
Konklusi yang kita ambil bahwa Zaini pendatang baru di Universitas X akan menjadi sarjana yang ulung karena beberapa tamatan dari universitas tersebut juga merupakan sarjana ulung. Analogi ini menjadi lebih kuat jika kita mempertimbangkan juga perbedaan yang ada pada para lulusan sebelumnya. A, B, C, D, dan E yang mempunyai latar belakang yang berbeda dalam ekonomi, pendidikan SLTA, daerah, agama, pekerjaan orang tua toh kesemuanya adalah sarjana yang ulung.
5.    Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan.  Bila tidak relevan sudah barang tentu analoginya tidak kuat dan bahkan bisa gagal. 
Contoh:
Bila kita menyimpulkan bahwa mobil yang baru kita beli setiap liter bahan bakarnya akan menepuh 15 km berdasarkan analogi mobil B yang sama modelnya serta sejumlah jendela dan tahun produksinya sama dengan mobil yang kita beli ternyata dapat menempuh 15 kmsetiap liter bahan bakarnya, maka analogi serupa analogi yang tidak relevan. Seharusnya untuk menyimpulkan demikian harus didasarkan atas unsur-unsur yang relevan yaitu banyaknya silinder, kekuatan daya tariknya serta berat dari bodinya.
Analogi yang relevan biasanya terdapat pada peristiwa yang mempunyai hubungan kausal. Meskipun hanya mendasarkan pada satu atau dua persamaan, analogi cukup terpercaya kebenaranya.
Contoh:
          Kita mengetahui bahwa sambungan rel kereta api dibuat tidak rapat untuk menjaga kemungkinan mengembangnya bila kena panas, rel tetap pada posisinya, maka kita akan mendapat kemantapan yang kuat bahwa rangka rumah yang kita buat dari besi juga akan terlepas dari bahaya melengkung bila kena panas, karena kita telah menyuruhtukang untuk memberikan jarak pada tiapsambungannya. Di sini kita hanya mendasarkan pada satu hubungan kausal bahwa karena besi memuai bila kena panas, maka jarak yang dibuat antara dua sambungan besi akan menghindarkan bangunan dari bahaya melengkung. Namun begitu analogi yang bersifat kausal memberikan keterpercayaan yang kokoh.

4. ANALOGI YANG PINCANG
Meskipun analogi merupakan corak penalaran yang populer, namun tidak semua penalaran analogi merupakan penalaran induktif yang benar. Ada masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima, meskipun sepintas sulit bagi kita menunjukkan kekeliruannya. Kekeliruan ini terjadi karena membuat persamaan yang tidak tepat.
1.    Kekeliruan pertama adalah kekeliruan pada analogi induktif
Contoh 1:
Saya heran mengapa orang takut berpergian dengan pesawat terbang karena sering terjadi
kecelakaan pesawat terbang dan tidak sedikit meminta korban. Bila demikian sebaiknya orang jangan tidur di tempat tidur karena hampir semua manusia menemui ajalnya di tempat tidur.
Di sini naik pesawat terbang ditakuti karena sering menimbulkan petaka yang menyebabkan maut. Sedangkan orang tidak takut tidur di tempat tidur karena jarang sekali atau boleh dikatakan tidak pernah ada orang menemui ajalnya karena kecelakaan tempat tidur. Orang meninggal di tempat tidur bukan disebabkan kecelakaan tempat tidur tetapi karena penyakit yang diidapnya. Jadi di sini orang menyamakan dua hal yang sebenarnya berbeda.
Contoh 2:
Antara kita dengan binatang mempunyai persamaan-persamaan yang sangat dekat.
Binatang bernafas, kita juga bernafas, binatang merasa kita juga merasa, binatang tidur
dan istirahat kita juga tidur dan istirahat. Jadi dalam keseluruhan binatang adalah sama
dengan kita.
Di sini pembicara hendak menyimpulkan bahwa manusia adalah sama dengan binatang, dengan mempertimbangkan persamaan-persamaan yang ada pada keduanya, padahal yang disamakan itu bukan masalah yang pokok.
2.    Kekeliruan kedua adalah kekeliruan pada analogi deklarafit
Contoh:
Negara kita sudah sangat banyak berutang. Dengan Pembangunan Lima Tahun kita harus menumpuk utang terus-menerus dari tahun ke tahun. Pembangunan Lima Tahun ini memaksa rakyat dan bangsa Indonesia seperti naik perahu yang sarat yang semakin tahun semakin sarat (dengan utang) dan akhirnya tenggelam. Saudara-saudara, kita tidak ingin
tenggelam dan mati bukan? Karena itu kita lebih baik tidak naik kapal sarat itu. Kita tidak perlu melaksanakan Pembangunan Lima Tahun. 
Di sini seseorang tidak setuju dengan Pembangunan Lima Tahun yang sedang dilaksanakan dengan analogi yang pincang. Memang negara kita perlu melakukan pinjaman untuk membangun. Pinjaman itu digunakan seproduktif mungkin sehingga dapat meningkatkan devisa negara. Dengan demikian penghasilan perkepala akan meningkat dibanding sebelumnya, demikian seterusnya dari tahun ke tahun sehingga peningkatan kesejahteraan rakyat akan tercapai. Pembicara di sini hanya menekankan segi utangnya saja, tidak memperhitungkan segi-segi positif dari kebijaksanaan menempuh pinjaman.
Sebuah analogi yang pincang dapat pula ditemui dalam pernyataan
berikut ini:
Orang yang sedang belajar itu tidak ubahnya seorang mengayuh biduk ke pantai.
Semakin ringan muatan yang ada dalam biduk semakin cepat ia akan sampai ke pantai. 
Diperlakukannya SPP itu tidak ubahnya memberikan muatan pada biduk yang sedang 
dikayuh, jadi memperlambat jalan biduk menuju pantai. Agar tujuan orang yang belajar
lekas sampai maka seharusnya kewajiban membayar SPP dihapus.
Analogi ini pincang karena hanya memperhatikan beban yang harus dibayar oleh setiap pelajar, tidak memperhitungkan manfaat kewajiban membayar SPP secara keseluruhan.
Analogi pincang model kedua ini amat banyak digunakan dalam perdebatan maupun dalam propaganda untuk menjatuhkan pendapat lawan maupun mempertahankan kepentingan sendiri. Karena sifatnya seperti benar analogi ini sangat efektif pengaruhnya terhadap pendengar.

DAFTAR PUSTAKA  
Mundiri. 2012. Logika. Bandung : PT RajaGrapindo Persada.