PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEMESTER 1
TUGAS KELOMPOK FONOLOGI
Kelompok 3 :
SEMESTER 1
TUGAS KELOMPOK FONOLOGI
Kelompok 3 :
1.
Achmad Mick Dody
2.
Asep Saeful Rahman
3.
Bayu Pratama
4.
Dadi Kurnia
5.
Dedah Handini
6.
Dinna Yuniar A’fiani
7.
Ika Pratiwi
8.
Siti Jenab
9.
Yunda Pradini
10.Rizky
11.Iqbal
A. ALAT UCAP (ARTIKULATOR)
Dalam fonetik artikulatoris hal pertama
yang harus dibicarakan adalah alat ucap manusia untuk menghasilkan bunyi
bahasa. Sebenarnya alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi bahasa ini
mempunyai fungsi utama lain yang bersifat biologis.
Misalnya
:
Paru-paru
untuk bernafas
Lidah
untuk mengecap
Gigi
untuk mengunyah
Namun,
secara kebetulan alat-alat itu digunakan juga untuk berbicara. Kita perlu
mengenal nama-nama alat-alat untuk bisa memahami bagaimana bunyi bahasa itu di
produksi.
Berikut
gambar alat ucap dan nama-namanya.

1. Paru-paru (lungs)
1. Paru-paru (lungs)
2. Tenggorokan (trachea)
3. Pangkal tenggorokan (larynx)
4. Pita suara (vocal cords)
5. Krikoid (cricoid)
6. Tiroid (tyroid)
atau gondok laki
7. Aritenoid (arythenoid)
8. Dinding Rongga kerongkongan (pharynx)
9. Epiglotis (epiglottis)
10. Akar lidah (root of tangue)
11. Pangkal lidah (dorsum)
12. Tengah lidah (medium)
13. Daun lidah (lamina)
14. Ujung lidah (apex)
15. Anak tekak (uvula)
16. Langit-langit lunak (velum)
17. Langit-langit keras (palatum)
18. Gusi (alveolum)
19. Gigi atas (denta)
20. Gigi bawah (denta)
21. Bibir atas (labia)
22. Bibir bawah (labia)
23. Mulut (mouth)
24. Rongga mulut (mouth cavity)
25. Rongga hidung (nasal cavity)
B.
PROSES FONASI
Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulai
dengan proses pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui batang tenggorok ke
pangkal tenggorok yang di dalamnya terdapat pita suara. Supaya udara bisa terus
keluar, pita suara itu harus berada dalam posisi terbuka. Setelah melalui pita
suara, yang merupakan jalan satu-satunya untuk bisa keluar, baik melalui rongga
mulut atau rongga hidung udara tadi akan diteruskan ke udara bebas.
Di bawah ini dijelaskan posisi pita suara ketika
membentuk bunyi bahasa.
1) Posisi pita suara ketika
bernafas
Ketika bernafas, pita suara membuka lebar
sehingga udara yang keluar
dari
paru-paru melalui tenggorokan tidak ada yang menghalangi.
2) Posisi pita suara bergetar
Jika pita suara bergetar, bagian atasnya
membuka sedikit sehingga
membentuk
bunyi [b,d,g,m,r]. Jika pita suara tidak bergetar, akan menghasilkan bunyi [p,t,c,k,f,h,s].
3) Posisi pita suara ketika ngengucapkan bunyi
glotal
Ketika ngucapkan konsonan glotal, pita suara
menutup sehingga bunyi
yang
melalui tenggorokanberhenti sejenak, dan menghasilkan bunyi hamzah .
4) Posisi pita suara ketika
berbisik
Posisi
pita suara ketika berbisik, bagian bawahnya menutup sedikit, udara
yang
keluarnya pun berkurang sehingga bunyi–bunyi bahasa tersebut tidak jelas
terdengarnya.
C. MACAM-MACAM ARTIKULATOR
1. Artikulator aktif
Artikulator aktif adalah alat ucap alat
ucap yang bergerak atau digerakan seperti bibir bawah, ujung lidah, dan daun
lidah.
Contoh
:
a. Bibir
bawah merapat pada gigi atas maka akan menghasilkan bunyi (f) dan (v).
b. Ujung lidah merapat pada gigi atas maka
akan menghasilkan bunyi (t) dan (d).
2.
Artikulator pasif
Artikulator pasif adalah alat ucap yang
tidak dapat bergerak atau didekati oleh artikulator aktif seperti bibir atas,
gigi atas, dan langit-langit keras.
D. KLASIFIKASI BUNYI
1.
Klasifikasi Vokal
Bunyi vokal biasanya diklasifikasikan dan
diberi nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa
bersifat vertikal dan bisa bersifat horizontal. Secara vertikal ada
vokal tinggi, vokal tengah dan vokal rendah.
Contoh
:
Bunyi
vokal tinggi : (i) dan (u)
Bunyi
vokal tengah : (e)
Bunyi
vokal rendah : (a)
Secara
horizontal ada
vokal depan dan vokal belakang.
Contoh
:
Bunyi
vokal depan : (i) dan (e)
Bunyi
vokal belakang : (u) dan (o)
Menurut
bentuk mulut, vokal ada 2 yaitu :
1.
Vokal bundar
Disebut vokal bundar karena bentuk mulut membundar
ketika mengucapkan vokal.
Misalnya :
Vokal (o) dan vokal (u)
2.
Vokal tidak bundar
Disebut vokal tidak bundar karena bentuk mulut
tidak membundar melainkan melebar pada waktu pengucapan vokal tersebut.
Misalnya :
Vokal (i) dan vokal (e)
2.
Diftong atau vokal rangkap
Disebut diftong atau vokal rangkap karena
posisi lidah ketika memproduksi bunyi pada bagian awalnya dan bagian akhirnya
tidak sama. Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah
yang bergerak, dan strukturnya.
Contoh
diftong dalam bahasa Indonesia :
(au)
seperti pada kata kerbau dan harimau.
(ai)
seperti pada kata pandai
dan lantai.
Apabila ada dua buah vokal berturutan,
namun yang pertama terletak pada suku kata yang berlainan dari yang ke dua,
maka disitu tidak ada diftong. Jadi vokal (au dan ai) pada kata seperti bau
dan lain bukan diftong.
Diftong
sering dibedakan berdasarkan letak atau posisi unsur-unsurnya, sehingga
dibedakan adanya diftong naik dan diftong turun. Disebut diftong
naik karena bunyi pertama posisinya lebih rendah dari posisi bunyi yang kedua.
Contoh
: (ai) balai
(au) kerbau dan
(oi)
amboi
Disebut
diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi bunyi kedua.
Dalam bahasa Indonesia tidak ada diftong turun. Diftong turun terdapat dalam
bahasa inggris.
3.
Klasifikasi konsonan
Bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan
tiga patokan atau kriteria, yaitu :
1.
Posisi pita suara
2.
tempat artikulasi
3.
cara artikulasi
Berdasarkan posisi pita suara dibedakan
adanya bunyi bersuara dan bunyi tidak bersuara. Bunyi bersuara terjadi apabila pita
suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu.
Yang termasuk bunyi bersuara antara lain :
Bunyi
(b)
Bunyi
(d)
Bunyi
(g)
Bunyi
(c)
Bunyi tidak bersuara terjadi apabila
pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara itu.
Yang
termasuk bunyi tidak bersuara, antara lain :
Bunyi
(s) bunyi (k), bunyi (p), dan bunyi (t).
Tempat
artikulasi tidak lain dari pada alat ucap yang digunakan dalam pembentukan
bunyi itu. Berdasarkan artikulasinya kita mengenal konsonan antara lain :
1.
Bilabial
Bilabial yaitu kosonan yang terjadi pada
kedua belah bibir, bibir bawah merapat pada bibir atas. yang termasuk konsonan
bilabial antara lain :
Bunyi
(b), bunyi (p), dan bunyi (m).
Bunyi
(p) dan (b) adalah bunyi oral, yaitu yang dikeluarkan melalui rongga mulut,
sedangkan (m) adalah bunyi nasal, yakni bunyi yang dikeluarkan melalui rongga
hidung.
2.
Labiodental
Labiodental yaitu konsonan yang terjadi
pada gigi bawah dan bibir atas, gigi bawah merapat pada bibir atas. Yang
termasuk konsonan labiodental adalah bunyi (f) dan (v).
Laminoalveolar
yaitu konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi, dalam hal ini daun lidah
menempel pada gusi. Yang termasuk konsonan laminoalveolar adalah bunyi (t) dan
(d).
4.
Dorsovelar
Dorsovelar yaitu konsonan yang terjadi pada
pangkal lidah dan velum atau langit-langit lunak. Yang termasuk konsonan
dorsovelar adalah bunyi (k) dan (g).
Disamping
keempat tempat artikulasi yang disebutkan di atas masih ada tempat artikulasi
lain, dan mungkin dengan pembagian yang lain untuk sementara cukuplah dengan
yang empat itu.
2.
Geseran atau frikatif
Di sini artikulator aktif mendekati
artikulator pasif, membentuk cela sempit, sehingga udara yang lewat mendapat
gangguan celah itu.
Contoh
yang termasuk konsonan geseran adalah bunyi (f), (s), dan (z).
3.
Panduan atau frikatif
Di
sini artikulator aktif menghambat sepenuhnya aliran udara, lalu membentuk celah
sempit dengan artikulator pasif. Cara ini merupakan gabungan antara hambatan
dan frikatif. Yang termasuk konsonan paduan antara lain bunyi (c) dan (d).
Berdasarkan
cara artikuasinya, artinya bagaimana gangguan atau hambatan yang dilakukan
terhadap arus udara itu, dapatlah kita bedakan adanya konsonan :
1.
Hambat (letupan atau stop)
Disini artikulator menutup sepenuhnya
aliran udara, sehingga udara mampat di
belakang tempat penutupan itu. Kemudian penutupan itu dibuka secara tiba-tiba,
sehingga menyebabkan letupan. Yang termasuk konsonan letupan antara lain, bunyi
(p), (b), (t), (d), (k), dan (g).
2.
Geseran atau frikatif
Di
sini artikulator aktif mendekati artikulator pasif, membentuk cela sempit,
sehingga udara yang lewat mendapat gangguan celah itu. Contoh yang termasuk
konsonan geseran adalah bunyi (f), (s), dan (z).
3.
Panduan atau frikatif
Di
sini artikulator aktif menghambat sepenuhnya aliran udara, lalu membentuk celah
sempit dengan artikulator pasif. Cara ini merupakan gabungan antara hambatan
dan frikatif. Yang termasuk konsonan paduan antara lain bunyi (c) dan (d).
4.
Sengauan atau nasal
Di sini artikulator menghambat sepenuhnya
aliran udara melalui mulut, tetapi membiarkannya keluar melalui rongga hidung
dengan bebas. Contoh konsonan nasal adalah bunyi (m) dan (n).
5.
Getaran atau trill
Di
sini artikulator aktif melakukan kontrak beruntun dengan artikulator pasif,
sehingga getaran bunyi itu terjadi berulang-ulang. Contohnya adalah konsonan
(r).
6.
Sampingan atau lateral
Di sini artikulator aktif menghambat aliran
udara pada tengah mulut lalu membiarkan udara keluar melalui samping lidah.
Contohnya konsonan (l).
7.
Hampiran atau aproksiman
Di sini artikulator pasif dan aktif
membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka seperti dalam pembentukan vokal,
tetapi tidak cukup sempit untuk menghasilkan kosonan geseran. Olehkarena itu,
bunyi yang dihasilkan sering juga disebut semi vokal. Di sini hanya ada dua
buah bunyi, yaitu (w) dan (y)
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Verhaar,
J.W.M. 1982. Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Selamat untuk penayangan ini.
BalasHapusKarya Anda akan lebih sempurna
dan lebih mudah dipahami oleh pembaca,
jika bagian A itu dilengkapi dengan
gambar alat ucap. Upayakanlah.
Iya Ibu, terima kasih.
HapusMohon maaf penayangan blognya kurang lengkap.
tadi ada kesalahan teknis Ibu.
Gambarnya tidak muncul.
teimakasih...
BalasHapussangat membantu